Rabu, 29 Januari 2014

Problem Burung Hantu pada rumah sarang burung walet


Saya masuk ke Bone – Sulawesi Selatan tahun 2009. Saat itu jumlah bangunan gedung walet bisa dihitung dengan jari.  Minat masyarakat untuk budidaya walet juga belum begitu antusias. Saya menangani gedung milik Jepri , Arfan, dan Agus.  Kemudian secara rutin saya sering berkunjung ke Bone, karena semakin banyak yang mulai tertarik melirik bisnis walet ini.  Hingga tahun 2013, meskipun harga sarang walet agak turun,  akhir Januari kemarin saya membantu  pengusaha muda yang sangat sukses, yang sekarang ini hendak membangun hotel berbintang di Bone, Hotel Yasika.

Beliau ternyata juga tertarik untuk terjun dalam budidaya burung walet ini. Alhamdulillah semua gedung walet yang saya tangani memberikan hasil yang sangat menggembirakan. Biarpun harga sarang walet turun, namun jumlah panenan yang besar, tetap saja memberikan keuntungan yang tidak sedikit. Apalagi dalam budidaya burung walet ini, investasi hanya sekali, yaitu saat membangun gedungnya saja. Selanjutnya tidak ada beaya  lagi. Sebab burung walet mencari makan di alam bebas, tak perlu kita belanja makanan untuk burung tersebut. Yang kita keluarkan hanya beaya bulanan, untuk membayar pulsa listrik atau gaji penjaga gedung. Itu saja.

Perkembangan walet di Bone kini semakan marak. Lebih 100 gedung berdiri di kabupaten terbesar dan terluas di Sulawesi selatan ini. Disebut kabupaten terluas, karena Bone memiliki 27 kecamatan. Mungkin ini kabupaten terbanyak yang memiliki kecamatan diantara kabupaten lain di Indonesia. Wilayah Bone yang sebagian besar perbukitan dan lahan pertanian yang luas, memberi cadangan makanan berupa serangga untuk kehidupan yang terjamin bagi burung walet. Maka tak heran semakin tahun semakin besar populasi walet di Bone.

Januari tahun ini, para peternak walet di Bone membikin asosiasi. Ini di maksudkan selain untuk menjalin kebersamaan antar peternak walet, juga sebagai wadah untuk menggalang pemasaran sarang walet. Manfaat lain yaitu secara berkala, pihak pengurus asosiasi mengadakan diskusi atau seminar, untuk meningkatkan pemahaman serta ketrampilan dalam pembudidayaan burung berliur mahal ini.

Pada kesempatan saya berkunjung ke Bone minggu kemarin, saya di undang oleh pihak asosiasi dalam diskusi dan pencerahan budidaya walet. Saya sangat senang bisa bertemu dengan petani walet Bone. Beberapa hal penting saya sampaikan dalam acara yang penuh kekeluargaan itu. Dan beberapa pertanyaan juga saya jawab dengan sedetail mungkin.

Salah satu penanya, kebetulan di ajukan oleh H Surahman. Beliau didaulat sebagai Ketua Asosiasi walet Bone. Orangnya masih muda, rambutnya gondrong, penampilannya trendi anak muda. Namun tak lupa tiap pagi menunaikan shalat duha. Gaya bicaranya pelan namun jelas dan fasih.

Ditanyakan, bagaimana caranya agar burung hantu tidak masuk ke dalam gedung waletnya. Mengingat selama ini, dengan masuknya burung hantu, koloni walet yang ada di dalam gedung menjadi takut. H Surahman juga sudah melakukan beberapa cara mengusir burung hantu. Misalnya dengan memberi lampu terang di atas lubang masuk. Namun tetap saja burung hantu tidak peduli dengan cahaya terang itu, dan tetap bertengger bahkan masuk ke dalam gedung. Cara yang kedua, beliau lakukan adalah memasang jarum tajam di bibir lubang masuk. Namun, burung hantu seolah tidak merasakan tusukan ujung jarum pada kakinya. Tetap saja gedung beliau didatangi burung hantu.

Saya memberikan kiat untuk membuat burung hantu tak lagi datang. Yaitu merubah bentuk LMB nya. Selama ini kebanyakan gedung walet bentuk LMB nya adalah segi empat atau kotak. Umumnya ukuran tinggi 40 cm atau 60 cm , dengan panjang 80 cm atau 1 meter. Bentuk LMB yang segi empat ini, memang memungkinkan/ memudahkan bagi burung hantu untuk bertengger di bibir lubang.

Nah, saya sampaikan, bentuk LMB harus di ganti, bukan lagi segi empat melainkan segi  lima. Caranya, dengan membuat sudut lancip di bagian bawah LMB yang segi empat tersebut. Saya menggambar di papan tulis tentang bentuk LMB yang segi lima itu. Pada bagian kedua sisi yang miring, di lapis dengan kaca. Dengan bentuk LMB yang segi lima, membuat burung hantu tak bisa lagi bertengger di bibir LMB, sebab bibir LMB tak lagi datar,melainkan menurun. Apalagi di kedua bidang yang menurun tadi dilapis kaca, sehingga lebih licin. Kaki burung hantu akan sangat kerepotan saat mau bertengger. Dengan cara ini,  burung hantu tak lagi akan masuk gedung.

Diskusi malam itu sangat hidup. Banyak peserta yang antusias mendengarkan penjelasan saya. Hingga tak terasa malam mulai larut. Dan diskusi diakhiri dengan jabat tangan kepada disemua undangan. Semoga Asosiasi walet Bone bisa lebih bermanfaat lagi bagi para anggotanya ke depan. Amiinn

sumber : http://duniawalet.com/




Artikel Terkait:



0 komentar:

Posting Komentar