Senin, 25 November 2013

Pentingnya Konsumsi Sayur

Sayur merupakan sumber vitamin dan mineral. Beberapa vitamin penting yang terkandung di dalam sayuran seperti vitamin A yang berasal dari karotin berguna untuk kesehatan mata. Lalu ada mineral penting, seperti  zat besi yang berguna untuk menjaga kadar haemoglobin darah. Sayuran  juga merupakan sumber serat yang amat dibutuhkan bagi pencernaan.
Kurang mengonsumsi sayuran dapat mengakibatkan kekurangan salah satu atau lebih vitamin dan mineral penting yang terkandung di dalamnya sehingga berdampak pada kesehatan anak. Seperti  menyebabkan terganggunya kesehatan mata, munculnya gejala anemia seperti rasa letih, lesu, malas dan kurang konsentrasi akibat menurunnya kadar sel darah merah. Anak pun berpotensi mengalami susah buang air besar, sembelit dan daya tahan tubuhnya menurun.
Serat pada sayuran   dibutuhkan untuk kelancaran pembuangan hasil ekskresi seperti pembuangan feses.  Pembuangan yang tidak lancar--sehingga kotoran transit lama dalam usus--membuka risiko  penimbunan racun yang dalam waktu lama dapat menyebabkan kanker. Ketidaksukaan anak akan sayur umumnya disebabkan beberapa hal:
  • Pengenalan sayuran pada anak yang sangat rendah/kurang.
  • Rasa dan aroma sayur itu sendiri yang kurang menyenangkan bagi anak.
  • Sayuran agak sulit dikunyah karena kandungan seratnya.
  • Minimnya kreativitas orangtua dalam mengolah sayuran menjadi sesuatu sajian yang menarik bagi anak. Selama ini umumnya orangtua hanya mengolah sayuran menjadi masakan yang ditumis atau dimasak berkuah.   
Lalu, bagaimana agar anak menyukai sayuran? Sebisa mungkin pilih sayuran dengan warna-warna yang menarik. Contoh, sayuran berwarna kuning, hijau, merah, dan ungu. Warna-warna tersebut selain menarik juga mempunyai pigmen khusus yang sangat baik untuk kesehatan. Cobalah mengolah sayuran tidak dengan cara biasa (seperti hanya ditumis atau direbus saja). Variasikan sayur menjadi camilan atau makanan kecil, seperti keripik bayam, pastel isi sayuran atau makaroni skutel.
Pemberian sayuran sudah bisa diperkenalkan sejak anak mulai mengonsumsi makanan padat. Caranya bisa dengan dijus kemudian disaring atau diblender lalu dicampur dalam makanan padatnya. Untuk anak 6-12 bulan, sayuran sebaiknya diberikan tanpa  batang dan berikan dengan cara diblender atau dicacah. Memasuki usia balita,  sayuran bisa dikonsumsi  dalam bentuk lebih utuh. Misal, sayuran dipotong dalam irisan kecil lalu dibuat sup atau dicampurkan dalam bubur atau nasinya. Untuk si usia sekolah, sayur bisa disajikan dengan lebih leluasa. Bisa digoreng, disalad, dibuat gado-gado, karedok dimasak tumis, direbus atau dikukus. Sebenarnya hampir semua jenis sayuran dapat dikonsumsi oleh anak. Namun tetap harus diperhatikan penyajiannya.
Sayuran yang baik untuk anak-anak balita adalah sayuran yang berwarna oranye-kuning (karena kandungan beta karotennya tinggi), hijau tua (berkaitan dengan mineral terutama Fe/zat besi dan klorofilnya yang tinggi), ungu-merah-oranye (pigmen warna merah antaksantin dan likopen tinggi sebagai antioksidan serta kandungan mineral Fe, Mg dan vitamin B kompleksnya tinggi). Sedangkan beberapa sayuran yang sebaiknya tidak diberikan kepada anak adalah sayuran yang sifatnya bergas seperti kol, sawi pahit dan sayuran yang keras/alot seperti terong, lobak.
Sebelum diolah, jangan lupa untuk mencuci sayuran terlebih dulu, kemudian baru dipotong-potong setelah itu dimasak sebentar. Cara  ini kecil kemungkinan membuat  vitamin yang larut dalam air akan hilang.  Sebaliknya pengolahan sayuran dengan memasaknya hingga matang dapat membuat semua vitaminnya hilang. Kebutuhan sayuran pada anak dalam satu hari adalah sebanyak 2 porsi dimana satu porsinya sekitar 100 gram. Takaran itu sama dengan semangkuk sayuran berkuah atau sekitar 2 ikat bayam. Tapi ingat pemilihan bahannya harus divariasikan. Dalam arti setiap hari usahakan sayuran yang disajikan pada anak berganti-ganti.




Artikel Terkait:



0 komentar:

Posting Komentar