Sabtu, 04 Januari 2014

Review Film Hotel Transylvania


Selain kesuksesan komersial Just Go With It, 2011 sepertinya akan diingat sebagai salah satu tahun terburuk dalam karir Adam Sandler. Tidak hanya film-film yang melibatkan namanya seperti Zookeeper, Bucky Larson: Born to be a Star danJack and Jill mendapatkan kritikan tajam dari banyak kritikus film dunia, perolehan pendapatan komersial film-film tersebut juga tidak menunjukkan kumpulan angka yang membahagiakan jika dibandingkan dengan perolehan komersial yang berhasil dicapai oleh film-film Sandler sebelumnya. Sandler jelas membutuhkan sebuah film yang dapat mengembalikan reputasinya sebagai salah satu bintang film dengan nama paling menjual di Hollywood. Dan rasanya… sebuah film animasi jelas adalah cara yang paling mudah untuk melakukan hal tersebut.

Merupakan debut penyutradaraan film layar lebar bagi sutradara asal Amerika Serikat, Genndy Tartakovsky, serta dengan naskah cerita yang ditulis oleh Peter Baynham (Arthur Christmas, 2011) dan Robert Smigel (You Don’t Mess with the Zohan, 2008), Hotel Transylvania mengisahkan mengenai Dracula (Adam Sandler) yang memiliki hotel yang bernama Hotel Transylvania. Hotel Transylvania bukanlah tempat penginapan biasa yang dapat Anda temui di banyak lokasi umum. Berlokasi di sebuah wilayah hutan yang terpencil, Dracula membangun hotel tersebut sebagai tempat berlibur eksklusif bagi para monster sehingga dapat menjauh dari jangkauan umat manusia – sosok yang dianggap sangat membenci para monster dan selalu berusaha untuk melenyapkan para monster dari dunia.

Dracula sendiri bukannya membangun Hotel Transylvania demi alasan komersial belaka. Sebuah masa lalu kelam yang membuatnya kehilangan istrinya telah mendorong dirinya untuk membangun hotel tersebut demi puteri satu-satunya, Mavis (Selena Gomez), agar dirinya dapat terbebas dari rasa takut akibat teror umat manusia. Pun begitu, suratan takdir ternyata menginginkan agar Mavis berhadapan dengan umat manusia. Ketika Dracula sedang mempersiapkan pesta ulang tahun Mavis yang ke-118, sesosok pemuda bernama Jonathan (Andy Samberg) secara mengejutkan muncul di Hotel Transylvania dengan niat untuk menginap di hotel tersebut. Dracula jelas terkejut dan dengan cepat kemudian menyusun rencana agar dirinya dapat menyembunyikan kehadiran pemuda tersebut dari Mavis maupun dari para pengunjung hotelnya.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan Hotel Transylvania. Naskah cerita yang ditulis oleh Peter Baynham dan Robert Smigel mampu bercerita lancar dan cukup menghibur… khususnya bagi penonton muda yang memang menjadi target penonton utama film ini. Namun, sayangnya, kualitas penceritaan Hotel Transylvania hanya berhenti pada titik tersebut dan tidak pernah berusaha untuk menghadirkan sesuatu yang lebih. Di tahun dimana Tim Burton (kembali) mencoba menghadirkan sebuah hiburan dengan menggunakan tema kematian lewat Frankenweenie, Pixar yang berusaha keras mendefinisikan ulang gaya penceritaan sebuah fairytale lewat Brave atau Walt Disney yang ingin meniru pencapaian kualitas penceritaan dan tampilan visual Pixar lewat Wreck-It Ralph, Hotel Transylvania terlihat begitu biasa dan datar dalam berbicara.

Layaknya film-film komedi Adam Sandler lainnya, Hotel Transylvania juga menyediakan deretan guyonan kekanak-kanakan – yang sepertinya akan mampu membuat para penonton muda tertawa lebar namun mendapatkan nada keluhan panjang dari para penonton dewasa ketika guyonan tersebut terus menerus dihadirkan – dalam berbagai adegan ceritanya. Pun begitu, harus diakui bahwa Hotel Transylvania mampu digarap dengan tata produksi yang mengesankan. Tampilan visual dan tata suara film ini berhasil disajikan dalam kualitas kelas atas. Penggunaan deretan wujud monster klasik yang kemudian dikumpulkan dalam beberapa adegan juga cukup mampu menjadikan kehadiranHotel Transylvania cukup terasa menyenangkan.

Juga tidak ada masalah berarti dalam departemen pengisi suara film ini. Sandler mampu menghidupkan karakter Dracula secara komikal – dengan aksen yang, sejujurnya, terdengar sangat alami. Begitu juga dengan beberapa nama pengisi suara lainnya seperti Kevin James, Cee Lo Green, Steve Buscemi, David Spade hingga Fran Drescher. Selena Gomez sendiri sepertinya memiliki permasalahan dengan kurangnya chemistry yang ia hasilkan bersama Sandler. Dialog yang timbul antara kedua karakter yang mereka perankan seringkali terdengar datar daripada berkesan hangat layaknya hubungan ayah dan puterinya. Sementara Andy Samberg, yang mengisisuarakan karakter Jonathan, juga gagal untuk tampil istimewa mengingat porsi perannya yang cukup besar.

Lalu… apakah Hotel Transylvania dapat mengembalikan reputasi bintang kelas atas seorang Adam Sandler? Secara kualitas… well… setidaknya Hotel Transylvania tidak tampil lebih buruk daripada beberapa film Sandler lainnya. Tema penceritaan yang cenderung biasa serta karakterisasi yang kurang mampu dapat digali dengan baik memang membuat film animasi ini jauh dari kesan istimewa. Pun begitu, dari segi komersial, Hotel Transylvania jelas akan mampu kembali mengangkat nama besar Sandler. Terbukti, film ini memiliki banyak momen menghibur yang akan mampu menyenangkan banyak penontonnya, khususnya para penonton muda. Hiburan yang cukup solid walau jelas tidak akan banyak diingat para penontonnya seusai mereka menyaksikannya.





Artikel Terkait:



0 komentar:

Posting Komentar